MYNEWSINDONESIA.COM – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto mengumumkan bahwa komoditas kelapa sawit Indonesia telah berhasil masuk dalam skema tarif nol persen untuk ekspor ke pasar Amerika Serikat (AS). Pengumuman ini disampaikan pada Jumat, 26 Desember 2025, di Jakarta, setelah Airlangga meninjau persiapan Work From Anywhere di Pondok Indah Mall 1. Namun, produk tekstil Indonesia tidak termasuk dalam fasilitas bebas tarif tersebut dan tetap dikenakan tarif resiprokal sebesar 19%.
Kesepakatan ini merupakan bagian dari Agreement on Reciprocal Tariff (ART), yang lahir pasca-terbitnya perintah eksekutif Presiden AS Donald Trump mengenai tarif resiprokal pada awal April 2025. Airlangga menjelaskan bahwa pembebasan tarif nol persen hanya berlaku untuk komoditas sumber daya alam (SDA) berbasis tropis, seperti kelapa sawit, teh, kopi, dan kakao. Ia menyatakan, “Tekstil kan bukan dari alam. Jadi ya semua yang sumber daya alam berbasis tropical,” untuk menegaskan alasan pengecualian produk manufaktur seperti tekstil.
Pemerintah Indonesia telah menyelesaikan perundingan lanjutan dengan AS, termasuk pertemuan bilateral antara Airlangga dan Duta Besar Perwakilan Perdagangan AS (United States Trade Representative/USTR) Jamieson Greer di Washington D.C. pada 22 Desember 2025. Dalam negosiasi tersebut, seluruh isu substansial dan teknis dalam dokumen ART telah disepakati, dengan tahap harmonisasi bahasa hukum (legal drafting) dijadwalkan selesai pada minggu kedua Januari 2026. Kesepakatan akhir akan ditandatangani oleh Presiden RI Prabowo Subianto dan Presiden AS Donald Trump sebelum akhir Januari 2026.
Menurut Airlangga, pembebasan tarif ditujukan khusus bagi produk SDA tropis karena AS tidak bisa memproduksi komoditas tersebut secara domestik. Sebaliknya, tekstil diklasifikasikan sebagai produk manufaktur, sehingga tetap dikenakan tarif 19%. Detail jumlah pos tarif yang mendapatkan fasilitas nol persen masih dalam tahap finalisasi, namun kesepakatan ini mencakup komitmen Indonesia untuk membebaskan tarif bea masuk hampir seluruh produk asal AS. Sebelumnya, AS berencana memberlakukan tarif hingga 32% untuk produk ekspor Indonesia seperti tekstil, alas kaki, karet, dan kelapa sawit, tetapi negosiasi berhasil menurunkan tarif umum menjadi 19% dengan pengecualian untuk SDA tropis.
Dengan pembebasan tarif untuk kelapa sawit, ekspor Indonesia ke AS diharapkan meningkat secara signifikan, mendukung pendapatan petani sawit dan memperkuat posisi komoditas unggulan di pasar global. Airlangga optimistis bahwa hal ini akan membuka peluang baru bagi industri sawit nasional. Namun, bagi sektor tekstil yang banyak diekspor ke AS, tarif 19% dapat menekan daya saing dan memengaruhi pelaku industri manufaktur. Kesepakatan ini secara keseluruhan dinilai menguntungkan, karena menurunkan tarif dari 32% menjadi 19% untuk sebagian besar produk, sambil memberikan akses bebas tarif untuk komoditas strategis.
Airlangga menekankan bahwa negosiasi berjalan baik dan dokumen kesepakatan sedang disiapkan. Kesepakatan ini menjadi tonggak penting dalam hubungan dagang Indonesia-AS, di tengah ketegangan perdagangan global, dan diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional di tahun














