MYNEWSINDONESIA.COM-Indonesia merupakan negara kepulauan yang dianugerahi dengan keberagaman suku, budaya, bahasa dan agama yang dikenal hingga mancanegara. Untuk mempertahankan keberagaman ini, diperlukan peran aktif masyarakat Indonesia dalam melestarikan warisan kebudayaan bangsa.
PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) sebagai bagian dari masyarakat pun turut mencermati pelestarian budaya melalui kerjasama yang terjalin dengan Nusantara Institute. Upaya pelestarian tersebut diwujudkan melalui gelaran Nusantara Academic Writing Awards 2022 (NAWA).
NAWA telah dilaksanakan sejak tahun 2019, ini merupakan bentuk apresiasi penghargaan akademik untuk tesis magister atau disertasi doktor terbaik tentang isu-isu yang berkaitan dengan tradisi, kebudayaan, keagamaan, dan kerajaan lokal di Indonesia. Kegiatan ini merupakan salah satu inisiatif yang dimiliki oleh BCA melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) yaitu Bakti BCA dan Nusantara Institute.
Tahun 2022 ini, BCA bersama dengan Nusantara Institute tak hanya memberikan apresiasi bagi insan-insan yang memiliki peran dalam pemberdayaan kebudayaan Indonesia namun juga mengadakan Dialog Budaya dengan menghadirkan yaitu sutradara film Nurman Hakim; pegiat dan pakar budaya Dr. Ngatawi Al Zastrouw, budayawan, kepala Makara Art Center UI, dan dosen UNUSIA Jakarta; dan Inge Setiawati, EVP CSR BCA dengan tema dialog “Melestarikan dan Memajukan Kesenian Nusantara”. Kegiatan ini dihadiri oleh Komisaris Independen BCA Cyrillus Harinowo, Direktur BCA Antonius Widodo, Pendiri dan Direktur Nusantara Institute Prof Sumanto Al Qurtuby MSi, MA, PhD, Ida Widyastuti, Co Founder & Ketua Nusantara Kita Foundation, serta Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Kebudayaan, Pendidikan, Riset dan Teknologi RI, Hilmar Farid yang turut memberikan sambutannya melalui video tapping pada Senin (04/07).
“Pelestarian budaya di Indonesia merupakan sebuah pokok yang esensial, memberikan edukasi bagi generasi muda khususnya mengenai keberagaman budaya telah menjadi tugas bersama berbagai pihak. BCA secara konsisten mendukung kegiatan NAWA yang menjadi salah satu gelaran untuk melestarikan warisan budaya bangsa. Konsistensi pelaksanaan NAWA sejak tahun 2019 diharapkan mampu memberikan kesempatan kembali kepada karya – karya ilmiah yang baik di bidang tradisi, kebudayaan, keagamaan, dan kerajaan lokal di Indonesia untuk mendapatkan apresiasi serta mendapat ruang untuk diketahui oleh lebih banyak masyarakat Indonesia sehingga semakin mampu menjaring lebih banyak audiens yang akan kian teredukasi mengenai budaya di Indonesia,” ujar Widodo.
Sementara itu Sumanto Al Qurtuby menyatakan bahwa penyelenggaraan program NAWA dimaksudkan, antara lain, untuk menumbuhkembangkan semangat cinta budaya Nusantara di kalangan sarjana dan akademisi muda agar mereka lebih giat meneliti dan mengkaji persoalan kebudayaan lokal di Indonesia.
Rangkaian kegiatan NAWA 2022 diisi dengan talkshow mengenai upaya untuk melestarikan dan memajukan kesenian Nusantara. Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan penyerahan penghargaan untuk pemenang NAWA 2022.
Tahun ini, NAWA 2022 diikuti oleh 142 pelamar, baik mahasiswa S2 maupun S3, dari berbagai universitas di Indonesia (Sebagian dari mancanegara), 19 diantaranya masuk dalam tahap wawancara daring via Zoom bersama tim panelis (Dewan Juri) dan 8 diantaranya berhasil meraih penghargaan (award). Penghargaan kategori A+ (Outstanding) diraih oleh Linda Mayasari (S2) dari Universitas Sanata Dharma (Yogyakarta) dengan tesis berjudul “Bagong Kussudiardja: Estetika Jawa, Mabuk Amerika hingga Patriotisme Orba.” Untuk kategori A (Excellent) diraih oleh Fatih Abdulbari (S2) dari Universitas Gadjah Mada (Yogyakarta) dengan tesis berjudul “Melukis Di Tengah Perang: Dullah dan Murid-Muridnya dalam Melukiskan Revolusi Indonesia”. Sementara itu, untuk kategori B+ (Very Good) terdapat tiga pemenang, yaitu Firqah Annajiyah Mansyuroh (S3) dari Universitas Islam Negeri Antasari (Banjarmasin) dengan disertasi berjudul “Akulturasi Hukum Waris Adat pada Masyarakat Tionghoa Kalimantan Selatan”, Jovico Onis Samallo (S2) dari Universitas Kristen Satya Wacana (Salatiga) dengan tesis berjudul “Relasi Lintas Agama, Lintas Pulau: Imajinasi Folklore dalam Hubungan Gandong Nusalaut-Ambalau di Kota Ambon”, dan Rexha Septeni Faril Nanda (S2) dari Institut Teknologi Bandung (Bandung) dengan tesis berjudul “Perubahan dan Pergeseran Nilai Ruang Rumah Tradisional di Kawasan Saribu Rumah Gadang sebagai Hasil Komodifikasi Ruang Berbasis Pariwisata (Homestay)”. Terakhir, untuk kategori B (Good) diraih oleh tiga orang, yaitu Fathur Rohman (S3) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (Surabaya) dengan judul disertasi “Pesantren Ukir: Studi Etnografi Transmisi Seni Budaya Ukir di Pesantren Jepara”, Sarah Monica (S2) Universitas Indonesia (Jakarta) dengan judul tesis “Pengalaman dan Transformasi Spiritualitas: Etnografi Pelaku Tasawuf Urban di Rumi Center”, dan Siti Nur Hasisah (S2) Universitas Diponegoro (Semarang) dengan judul tesis: “Kajian Etnografi Komunikasi Bentuk dan Pola Komunikasi dalam Seni Pertunjukan Laesan di Lasem, Kabupaten Rembang”.
Proses seleksi dan penjurian NAWA 2022 dilakukan secara ketat sejak Maret hingga Mei 2022 dengan melibatkan 18 tim panelis (Dewan Juri) yang diketuai oleh Prof. Sumanto Al Qurtuby, PhD (Direktur Nusantara Institute), sekretaris Dr. Tedi Kholiluddin (Deputi Direktur Nusantara Institute), dan anggota diantaranya Tony Rudiansyah, PhD (Universitas Indonesia), Syamsul Maarif, PhD (Universitas Gadjah Mada), Prof. Pdt. John Titaley, ThD (Universitas Kristen Indonesia Maluku), Prof. Dr. Mudjahirin Tohir (Universitas Diponegoro), Prof. Dr. M. Mukhsin Jamil (Universitas Islam Negeri Walisongo), Prof. Dr. Marhaini Astuti (Universitas Negeri Semarang), Prof. Peter Suwarno, PhD (Arizona State University), Setiadi Umar, PhD (INSEEC Grande Ecole, Paris), dan Izak Lattu, PhD (Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga).
“Saya sangat bersyukur, di tengah tantangan menulis karya ilmiah yang baik, dengan tema Agama dan Kebudayaan di Indonesia cenderung kurang memperoleh apresiasi, Nusantara Academic Writing Award (NAWA) dengan dukungan Bakti BCA dan Nusantara Institute, berkomitmen untuk mendorong tumbuhnya para akademisi yang memiliki kecintaan murni terhadap warisan khazanah Nusantara. NAWA 2022 tidak hanya menguatkan semangat kami dalam kerja akademik, melainkan juga berupaya menunjukkan pada khalayak bahwa karya penelitian ini penting bagi terbukanya pemahaman yang lebih luas mengenai peradaban Nusantara. Semoga perjuangan ini dapat turut menciptakan kehidupan manusia yang sejahtera, adil, dan beradab sesuai dengan cita-cita Pancasila. Mari sama-sama berjuang!”, ujar Sarah salah satu peraih penghargaan NAWA 2022
“Keberadaan award seperti ini merupakan momentum yang istimewa dan perlu mendapatkan apresiasi terutama bagi seluruh peserta yang telah mencurahkan waktu serta pikiran untuk menggali potensi seni budaya bangsa. Peran serta BCA dalam pelestarian budaya sudah menjadi salah satu bagian dari pilar Corporate Social Responsibility,” tutup Inge Setiawati.
Sebagai tambahan informasi, pada tahun 2021, ada 240 proposal serta naskah tesis magister maupun disertasi doktor yang diajukan untuk Nusantara Academic Award (115) dan Nusantara Writing Grant (125) oleh para pelamar dari berbagai kampus di dalam negeri maupun mancanegara. Dari aplikasi tersebut, terpilih 2 pemenang untuk kategori Nusantara Academic Award (kompetisi naskah tesis/disertasi) dan 5 pemenang untuk kategori Nusantara Writing Grant (kompetisi proposal penulisan tesis/disertasi). Selain itu, BCA, melalui Waskita Nusantara Award, juga memberi 2 penghargaan untuk kategori non-akademik bagi pelestari budaya Nusantara.