MYNEWSINDOENSIA.COM-Pertumbuhan koperasi di Indonesia memang cukup subur. Sebab, koperasi adalah sokoguru ekonomi Indonesia yang guyub, bergotong rotong dalam berekonomi.
Jika dilihat dari sisi pertumbuhan koperasi, Indonesia menduduki peringkat pertama, sesuai dengan data yang dirilis oleh Katadata.co.id beberapa waktu lalu.
Menurut Data Kemenkop RI, Indonesia mempunyai jumlah koperasi terbanyak di dunia. Jumlah anggota perorangan dari total koperasi tersebut sebanyak 22,463.738 orang, atau sebesar 7 % dari jumlah penduduk negara. Sementara itu, pertumbuhan jumlah koperasi sampai tahun 2019 sebesar 123.048 koperasi, jumlah anggota yang sudah mempunyai NIK sebanyak 35.761, yang menyelenggarakan RAT 45.489.
Bahkan, jumlah tersebut terus meningkat. Jumlah koperasi di Indonesia mencapai 127.124 unit pada 2020. Jumlah ini naik 3,31% dibandingkan tahun sebelumnya.
Jumlah koperasi terbanyak berada di Jawa Timur yakni sebanyak 22.464 unit atau sekitar 17,6% dari total koperasi. Selanjutnya, Jawa Barat dengan dengan 14.706 unit dan Jawa Tengah sebanyak 12. 190 unit. Adapun jumlah koperasi di Indonesia sempat mencapai angka tertinggi selama 15 tahun terakhir. Jumlahnya mencapai 152.174 unit pada 2017. Namun, jumlahnya menurun cukup drastis pada 2018 yakni menjadi 126.343 unit. Begitu pula pada tahun berikutnya yang kembali menurun hingga menjadi 123.048 unit.
Tak heran jika kontribusi sektor koperasi terhadap PDB Indonesia juga tak dapat dibilang kecil. Jumlahya per tahun 2021 mencapai 5,2% dan ditargetkan bisa menjadi 5,5% di tahun 2024.
Namun, ironisinya, partispasi geerasi milenial dalam memajukan koperasi sangat rendah. Fakta tersebut juga dipengarugi oleh turunnya jumlah koperasi yang sehat dan beroperasi maksimal.
Bahkan, dalam sebuah kesempatan, Menteri Negara Koperasi dan UMKM, Teten Masduki pernah menyatakan bahwa koperasi-koperasi di Indonesia didominasi pengelolaanya oleh orang tua. “Tak heran jika banyak koperasi yang jadulnya bukan main, karena itu digitalisasi koperasi dirasa kian mendesak agar gerakan berkoperasi tidak punah. Saya banyak menghadiri pertemuan pengurus koperasi, tua semua, sudah ngga ada anak mudanya,” katanya.
Tak banyak koperasi yang dikelola dengan sistem yang professional, akuntabel dan penuh integritas. Salah satunya adalah KSP Sahabat Mitra Sejati yang saat ini memiliki 30.343 anggota yang tersebar di seluruh Tanah Air. Mayoritas anggota merupakan UMKM dengan beragam usaha, antara lain usaha makan minum, ritel, kesehatan, pertanian, dan bangunan. Sepanjang Januari hingga Desember tahun lalu, KSP Sahabat Mitra Sejati telah menyalurkan pinjaman lebih dari Rp2,9 triliun.
Senada yang diungkapkan oleh Ketua I KSP Sahabat Mitra Sejati Ceppy Y Mulyana, pemulihan ekonomi tahun ini salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor UMKM dan koperasi. Dengan kemampuan melakukan adaptasi secara cepat dengan kondisi saat ini, sektor UMKM dan koperasi dapat menjalankan operasional dan meningkatkan kinerja demi mendukung perputaran roda perekonomian di daerah.
“Kekuatan adaptasi tersebut perlu ditunjang dengan pendampingan dan pembiayaan yang berkesinambungan sehingga sektor UMKM dan koperasi dapat berkontribusi secara maksimal untuk pertumbuhan ekonomi. Sejak dari pertengahan tahun lalu, mulai ada geliat yang positif dari anggota koperasi dan mitra UMKM untuk kembali memacu operasional dan kinerja usahanya setelah dapat beradaptasi dengan situasi saat ini. Kami mendukung geliat ini dengan proaktif melakukan pendampingan dan pembiayaan kepada anggota dan mitra sesuai kebutuhan demi kembali memacu operasional dan kinerja usaha mereka,” ujarnya.
Rendahnya ekosistem digitalisasi koperasi juga disinggung oleh Menteri Teten Masduki, bahwa ekosistem digital koperasi masih sangat rendah. Dari 123.000-an koperasi yang aktif, baru 906 di antaranya atau 0,73 persen yang menggunakan sistem digital.
Sangat rasional, jika Teten Masduki, Mantan Pegiat Antikorupsi tersebut kini gencar menyuarakan pentingnya digitalisasi koperasi. “Digitalisasi dalam tubuh koperasi akan membuat transparansi penyaluran dana hingga catatan keanggotaan dapat diakses dengan mudah dan aman. Pembiayaan di koperasi pun penting didigitalisasi, dengan mendorong manajerialnya agar bisa melakukan penyaluran dana bergulir yang lebih mudah dan murah untuk UKM,” katanya.
Tak banyak koperasi yang sudah merasakan ‘manisnya’ kue dari proses panjang digitalisasi koperasi. Sebut saja Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Nasari yang meluncurkan aplikasi koperasi digital pertama di Indonesia, diluncurkan pada September 2020.
Aplikasi ini memuat fitur-fitur seperti simpanan, pinjaman, e-payment, dan rapat tahunan anggota secara live.
Bahkan ke depan akan dikembangkan untuk e-commerce. Tujuan utama aplikasi Nadi yakni meningkatkan kualitas pelayanan bagi anggota koperasi simpan pinjam Nasari Aplikasi bernama Nasari Digital (Nadi) itu, tidak hanya diperuntukkan bagi anggota KSP Nasari. Melainkan bisa
dimanfaatkan pula oleh anggota Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) Nasari Syariah.
Selanjutnya, Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Sahabat Mitra Sejati KSP Sahabat Mitra Sejati juga merupakan salah satu koperasi simpan pinjam yang sudah bertransformasi menuju digital melalui SOBATKU, simpanan online yang memberikan layanan modern kepada anggota dalam melakukan transaksi keuangan. SOBATKU merupakan salah satu produk simpanan andalan KSP Sahabat Mitra Sejati yang berbasis online.
Karena itu, tepat jika KSP Sahabat Mitra Sejati disebut sebagai sedikit dari banyak koperasi di Indonesia yang melek digital. Ayo, go digital koperasi Indonesia! (MY/MynewsInd/berbagaisumber