MYNEWSINDONESIA.COM-“PR (pekerjaan rumah) besar untuk anak-anak Indonesia saat ini bukan hanya Covid-19 yang menyasar anak tapi juga sederet persoalan klasik yang belum menunjukkan perbaikan hingga kini seperti gizi buruk, pekerja anak termasuk kekerasan terhadap anak,” kata Mufida dalam keterangannya, 23 Juli 2021.
Mengenai Covid-19, Mufida mengatakan, saat ini anak-anak Indonesia menjadi korban pandemi. Data Satgas Penanganan Covid-19, terdapat sebanyak 12,6 persen anak-anak di Indonesia yang positif Covid-19. Artinya, 1 dari 8 kasus Covid-19 di Indonesia adalah anak-anak.
Menurut Mufida, data tersebut juga dikonfirmasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). IDAI juga menyebut case fatality rate untuk pasien anak 3-5 persen dan paling banyak di dunia. “Ini PR pertama yang prioritas dalam waktu dekat,” katanya.
Problem pekerja anak, kata Mufida seperti yang dirilis Tempo.co, juga masih menjadi persoalan. Jumlah pekerja anak di Indonesia mengalami peningkatan dalam kurun waktu tiga tahun. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pada 2017 terdapat 1,2 juta pekerja anak di Indonesia dan meningkat 0,4 juta atau menjadi sekitar 1,6 juta pada 2019.
Kasus kekerasan terhadap anak juga meningkat sejak pandemi. Kementerian PPPA setidaknya mencatat ada 4.116 kasus kekerasan pada anak, pada periode 1 Januari hingga 31 Juli 2020, yang juga terjadi pada saat pandemi Covid-19. Kekerasan ini berupa kekerasan fisik, psikis, seksual, eksploitasi, perdagangan orang dan penelantaran.
Mufida menyarankan, selagi fokus pada persoalan penanganan Covid-19 pada anak, pemerintah bisa membagi fokus untuk mengurangi dampak persoalan anak yang masih menggunung.
“Kita harapkan lintas sektor kementerian bisa membagi fokus agar generasi kita ke depan tidak menjadi lost generation apalagi ditambah pendidikan anak dipertaruhkan dengan sekolah masih tutup,” ujar politikus PKS ini pada Anak Nasional.