MYNEWSINDONESIA.COM-Dengan keberlanjutan menjadi bisnis itu sendiri dan bukan sebagai agenda terpisah, peluang-peluang bisnis pun muncul dari adanya kesepakatan-kesepakatan baru yang telah mengusung komitmen ‘hijau’ yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus turut menjawab isu-isu perubahan iklim.
Industri seperti TIK telah berada di garis terdepan dengan menyediakan teknologi yang memungkinkan terbangunnya dunia yang lebih hijau. Penghematan daya berbasis TIK dan pengurangan emisi karbon akan jauh melebihi upaya penghematan energi dan pemangkasan emisi karbon yang berbasis pada TIK hasilnya dinilai akan jauh melampaui pencapaian industri dari upaya-upaya yang telah mereka terapkan selama ini, serta secara signifikan membantu menghemat energi dan mengurangi emisi di seluruh dunia.
“Upaya-upaya dalam mendorong terwujudnya keseimbangan karbon, perekonomian yang terus berputar, penghematan energi, hingga pengelolaan limbah merupakan jantung dalam proses transisi global yang berkesinambungan,” tutur Catherine Chen, Huawei Corporate Senior Vice President and Director of the Board.
Dalam pidatonya, Catherine menekankan pentingnya upaya memangkas emisi karbon dan membudayakan penggunaan energi terbarukan secara luas. Ia juga menyoroti mengenai penggunaan solusi Huawei Smart PV yang kini telah digunakan secara luas di 60 negara. “Jika digelar secara menyeluruh di pembangkit energi skala besar di darat, solusi-solusi Huawei Smart PV bisa membantu dalam menekan biaya pembangkitan daya hingga 7 persen. Bila digunakan di lokasi-lokasi perusahaan maupun rumah tangga, solusi-solusi tersebut mampu meningkatkan besaran energi yang dihasilkan hingga 2 persen serta memangkas biaya pemakaian energi,” ujarnya.
Sebagai bentuk tanggung jawab korporasi, Huawei berkomitmen untuk meminimalkan dampak lingkungan dalam produksi, operasi, dan sepanjang siklus produk dan layanannya. Tujuan utamanya adalah untuk mengurangi emisi karbon, mempromosikan energi terbarukan dan berkontribusi terhadap sistem ekonomi yang lebih regeneratif.
Di Indonesia sendiri, Huawei juga telah mengagendakan untuk mewujudkan komitmen ini guna mendukung pembangunan nasional yang berorientasi pada pelestarian lingkungan. Ken Qi, Vice President Public Affairs and Communications Huawei Indonesia mengatakan, “Mengembangkan solusi TIK berkonsep hijau yang mampu menjawab isu lingkungan kritikal telah menjadi komitmen di setiap inovasi yang kami ciptakan dan kontribusikan. Di Indonesia, melalui pilar I Do Create dan I Do Contribute yang menjadi bagian penting dari kampanye Huawei I Do yang telah menjadi komitmen kami, Huawei siap mengembangkan dan mengontribusikan beragam solusi untuk berbagai industri di negara ini untuk turut mengurangi emisi karbon dan mengoptimalkan pendayagunaan energi terbarukan di setiap produktivitas mereka.”
Pada tahun 2020, Huawei bekerja sama dengan 93 dari 100 pemasok utamanya untuk menetapkan target pengurangan emisi karbon. Pembangkit listrik PV di kampus Huawei menghasilkan 12,6 juta kWh listrik. Dari 1,55 miliar kWh energi bersih digunakan mampu mengurangi emisi karbon lebih dari 620.000 ton. Huawei juga memperluas program daur ulang perangkat hingga mencakup 48 negara dan wilayah dan mendaur ulang lebih dari 4.500 ton limbah elektronik. Huawei termasuk di antara 5% perusahaan yang berada di daftar teratas Carbon Disclosure Project (CDP), tepatnya dari 9.000 perusahaan yang dinilai oleh CDP atas pengungkapan perubahan iklim mereka pada tahun 2020.
Perhelatan ini dihadiri oleh para pemimpin terkemuka dan para pejabat tinggi pemerintahan, seperti: HRH The Prince of Wales, Carlos Alvarado Quesada; Presiden Kosta Rika Nadia Calviño; Wakil Presiden dan Menteri Urusan Ekonomi dan Transformasi Digital Spanyol, Virginijus Sinkevičius; Komisaris Lingkungan, Kelautan dan Perikanan, Komisi Eropa, Sanda Ojiambo; Direktur Eksekutif UN Global Compact, Pierre Gramegna; Menteri Keuangan Luksemburg, Tina Bru; Menteri Perminyakan dan Energi Norwegia, Jochen Flasbarth; Sekretaris Negara di Kementerian Lingkungan Hidup, Konservasi Alam dan Keselamatan Nuklir Jerman, Thomas Dermine; Sekretaris Negara untuk Pemulihan Ekonomi dan Investasi Strategis, Kementerian Ekonomi dan Ketenagakerjaan Belgia; dan Hilde Hardeman, Kepala Layanan Instrumen Kebijakan Luar Negeri (FPI), Komisi Eropa.
“Perhelatan bertajuk Responsible Business 2021 dengan sangat jelas menekankan pentingnya perusahaan-perusahaan untuk merombak kembali gagasan dalam menjalankan bisnis mereka. Perhelatan itu juga sekaligus menjadi platform yang membuahkan langkah nyata sebagai wujud pembaruan dalam cara menjalin kolaborasi dan berinovasi secara terbuka di antara seluruh pemangku kepentingan. Perusahaan seperti Huawei bisa ambil peran dalam turut memastikan proses transisi tersebut dapat berlangsung secara adil dan sekaligus menjadi tauladan bagi perusahaan-perusahaan bagimana mewujudkan proses transformasi bisnis yang sukses,” ujar Liam Dowd, Managing Director, Reuters Events Sustainable Business.