MYNEWSINDONESIA.COM-Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyatakan pihaknya bakal memaafkan dan kembali menerima, para kader yang membelot dan sempat bergabung ke Demokrat versi KLB.
Namun, meski memaafkan, AHY mengatakan ia tidak akan bisa melupakan segala tindakan pengkhianatan yang telah diperbuat para kader tersebut.
“Prinsip kami, maafkan tetapi tidak bisa begitu saja dilupakan. Forgive, but not forget, itu prinsip umumnya,” ujar AHY di Pasuruan, Jawa Timur, Senin (5/4).
Sebagaimana dirilis CNNINDONESIA.COM, AHY pun membuka peluang apabila para kader tersebut menyesal, lalu ingin kembali bergabung ke Demokrat yang sah. Hal itu, kata dia, tentu haruslah melalui sejumlah pertimbangan.
“Tapi juga ada tata caranya jika, orang per orang ingin kembali, menyesali perbuatannya dan tidak akan melakukan hal serupa, tapi juga dengan ukuran-ukuran,” ucapnya.
Ukuran-ukuran yang dimaksud adalah tingkat pelanggaran yang telah dilakukan masing-masing kader. Sebab, sepengetahuannya kader-kader itu memiliki keterlibatan dan peran yang berbeda.
Ia mengaku, pihaknya akan melakukan pengecekan satu persatu, kasus demi kasus tiap orang. Sebab, meski diketahui mengikuti KLB di Deli Serdang, namun setiap kader memiliki motifnya yang bermacam-macam.
“Ada yang memengaruhi lainnya, ada yang tertipu, ada memang yang punya niat, ada juga yang jadi operator untuk bergerak secara masif dan menghasut mengadu domba, memecah belah soliditas Demokrat. Artinya kadarnya beda-beda, nggak beda semua dicap dalam keranjang yang sama,” tambahnya.
Meski demikian, ia tetap menghargai dan berempati kepada para kader Demokrat se-Indonesia yang telah bersetia kepada pimpinan yang sah. AHY mengerti mereka tak akan begitu mudah kembali menerima kader yang membelot.
“Karena saya juga harus berempati terhadap perasaan kader se-Indonesia yang diaduk-aduk, marah, sedih, kecewa dan lain sebagainya. Dan tentu mereka punya hak untuk marah, mereka punya hak untuk tidak begitu saja menerima,” ucapnya.
Namun, AHY mengingatkan kepada semua kader Demokrat yang tetap setia, sebagai sesama umat manusia, mereka juga harus membuka pintu maafnya.