Pontianak, Mynewsindonesia-Gubernur Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) H. Sutarmidji menilai pemekaran Kalbar menjadi dua provinsi penting dipercepat untuk menunjang rencana pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan Timur (Kaltim).
Wilayah paling barat Pulau Kalimantan ini harus dimekarkan lebih dulu, sehingga bisa menjadi daerah penyangga calon ibu kota negara. “Harusnya (pemekaran Kalbar dulu baru pemindahan ibu kota), apalagi (ibu kota) berada di wilayah kalimantan, jangan sampai ibu kota di Kalimantan tapi (penduduk) di Kalbar miskin-miskin,” ungkap H. Sutarmidji, Rabu, 5/02/2020 saat wawancara dengan awak media di Pontianak.
Ibu kota negara yang baru menurutnya tentu tidak harus berdekatan dengan aktivitas industri. Kawasan industri bisa dikembangkan di Balikpapan atau Provinsi Kalbar. Dengan demikian, kegiatan ekspor, khsusnya yang melalui jalur laut bisa melalui pelabuhan Internasional Tanjungpura (Kijing) di Kalbar.
“Itu justru lebih dekat kemana-mana, lebih praktis dan ekonomis,” katanya.
Melihat Kalbar sebagai wilayah provinsi terluas nomor empat se-Indonesia maka pemekaran menjadi solusi yang konkret. Termasuk juga Kalteng perlu untuk dimekarkan. “Nah Kalbar insyallah lebih siap, kami tahun ini sudah mulai membangun infrastruktur pemerintahan, kantor gubernur persiapan, kantor DPRD kami lakukan,” terangnya.
Sementara mengenai moratorium daerah otonomi baru (DOB) yang masih berlaku sampai saat ini, Midji sapaan akrabnya lebih melihat dari amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Dimana pemekaran diprioritaskan untuk kawasan perbatasan.
“Itu jangan salah, kalau daerah perbatasan jadi pertimbangan seperti Papua, sebenarnya yang paling layak Kalbar. Karena (panjang) perbatasan Papua hanya 777 kilometer, nah Kalbar 972 kilometer, jadi kita 200 kilometer lebih panjang, ini harus jadi pertimbangan,” paparnya.
Lalu soal ketersediaan anggaran pun ia merasa tak perlu dikhawatirkan. Kalbar sebagai provinsi induk siap mengeluarkan anggaran untuk provinsi persiapan (Kapuas Raya). Untuk tenaga ASN misalnya tinggal dibagi dengan yang ada di wilayah Kapuas Raya. “Masalah gaji kan ngikut, jadi tidak ada alasan. Paling repot nanti infrastruktur pemerintahan, ya kami siapkan, saya raya mampu suapaya ada percepatan (pembangunan),” harapnya.
Sebagai contoh ia mengatakan kini pemerintah sudah membangun lima Pos Lintas Batas Negara (PLBN) di Kalbar. Untuk mengatur satu PLBN saja ia merasa sudah cukup merepotkan, apalagi ketika ada lima. Karena itu rasional jika pemekaran provinsi harus diwujudkan.
“Kalau saya berpikir sebagai politisi pasti tidak ingin (wilayah) kekuasaannya berkurang. Tapi saya berpikir untuk kepentingan masyarakat Kalbar, supaya infrastruktur cepat terbangun dan pelayanan dekat,” ujarnya.
Ketika Kalbar sudah menjadi dua provinsi menurutnya tinggal bagaimana membangun infrastruktur penunjang sebagai kawasan penyangga ibu kota. Seperti disebutkan dia pembangunan tol atau rel kereta api khusus untuk menunjang kegiatan industri di kawasan pantai utara Kalbar.
“Nah Kalteng itu kan tidak ada pelabuhan laut, dia bisa ekspor lewat sini (Kalbar). Bahkan hitung-hitungan pun untuk negara Brunei kalau dia ekspor lewat Malaysia lebih cenderung (dekat) ke Kalbar, karena untuk menuju Cina daratan lebih dekat (dari) Kalbar,” katanya.
Pembangunan tol atau rel kereta trans Kalimantan dirasa perlu diwujudkan untuk kebutuhan infrastruktur ke depan. “Dua-duanya boleh, tol itu kuncinya (pembangunan) Jembatan Kapuas III, kalau Kapuas III mulai, tol pasti mulai, harusnya,” ucapnya.
Kembali mengenai DOB Provinsi Kapuas Raya, Midji mengaku sudah pernah menyampaikan langsung ke Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). Selain itu, Komisi II DPR RI juga siap mendukung. Salah satunya lewat gubernur Kalbar terdahulu, Cornelis yang kini menjabat anggota Komisi II DPR RI.
“Bahkan Pak Cornelis juga mendukung, ketua Komisi II (DPR RI) sudah, DPD juga sudah kami sampaikan, bahkan DPD yang dari Kalteng mengajak sama-sama (mengusulkan pemekaran ke presiden),” tambahnya.
Yang pasti, ia yakin Kalbar menjadi provinsi paling siap untuk dimekarkan. Rencananya ia juga akan kembali bertemu presiden bersama beberapa gubernur se-Kalbar untuk membahas terkait pemekaran ini.
“Mungkin harus bersama-sama gubernur kalimantan yang lain, (gubernur) Kaltim, Kalteng, Kalbar, kalau Kalsel tidak mungkin dimekarkan wilayahnya kecil, nah Kaltim juga baru dimekarkan nanti akan dimekarkan lagi dengan ibu kota negara, jadi yang layak Kalteng dan Kalbar,” pungkas Gubernur Kalbar, H. Sutarmidji.